Rabu, 13 Juli 2016

Mengenal Suku Mentawai



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Di provinsi Sumatera Barat terdapat satu suku yang memiliki banyak kekhasan. Suku tersebut adalah suku Mentawai. Suku Mentawai terdapat di kepulauan Mentawai yang terdiri dari pulau-pulau yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dalam beberapa pandangan tentang asal usul masyarakat Mentawai, ada yang mengatakan bahwa masyarakat Mentawai berada dalam garis orang polisenia. Menurut kepercayaan masyarakat Siberut, nenek moyang masyarakat Mentawai berasal dari satu suku/uma dari daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut yang kemudian menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa uma/suku.Secara geografis, letak kepulauan Mentawai berhadapan dengan Samudera Hindia. Jarak kepulauan Mentawai dari Pantai Padang lebih kurang 100 kilometer.  Secara turun temurun, suku Mentawai hidup sederhana di dalam sebuah Uma. Uma merupakan rumah yang terbuat dari kayu pohon. Arsitektur bangunan rumah Mentawai berbentuk panggung.Bahasa Mentawai adalah bahasa serumpun Austronesia yang penuturan bahasa tersebut ada di masyarakat Mentawai, lepas pantai Sumatera Barat. Masyarakat penutur bahasa ini berjumlah sekitar 64.000 jiwa. Bahasa ini berkerabat dengan bahasa Nias di Kepulauan Nias, Enggano di pulau Enggano dan Devayan Lekon di pulau Simalur. Bahasa Metawai juga berkerabat jauh dengan rumpun bahasa Batak.Awal mulanya adalah para peneliti linguistik mengelompokkan bahasa Mentawai dalam rumpun bahasa Batak. Hal ini berdasarkan kemiripan bahasa Mentawai dengan Bahasa suku Batak lain. Saat ini, bahasa Mentawai dikelompokkan ke dalam rumpun Bahasa Pesisir Pantai Sebelah Barat Sumatera. Klasifikasi bahasa Mentawai adalah Proto Malayo-Polynesian

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah yang menyebabkan terbentuknya Kabupaten Kepulauan Mentawai ?
2.      Apa saja kebudayaan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai ?
3.      Bagaimana perekonomian yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai ?


C.     TUJUAN PENULISAN
Selain digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Multikultural,tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kebudayaan yang terdapat pada Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan Kabupaten Kepulauan di Propinsi Sumatera Barat yang terletak dipantai Barat Sumatera.Kabupaten ini merupakan gugusan kepulauan yang terletak di Samudera Hindia,sehingga sebagian besar wilayahnya terdiri dari Lautan.Gugusan pulau-pulau yang berjumlah 99 buah,terdiri dari 4 buah pulau besar (pulau Siberut,pulau Sipora,pulau Pagai utara dan pulau Pagau selatan) dan 95 pulau kecil yang membentang dai utara ke selatan.Pulau Siberut merupakan pulau terbesar diantara pulau-pulau lainnya dalam gugusan Kepulauan Mentawai,ketiga pulau lainnya yang terletak disebelah selatan pulau Siberut.Tua Pejat dipulau Sipora merupakan Ibukota Kabupaten.Kepulauan Mentawai mempunyai relief berbukit-bukit,dataran rendah yang ada relatif sempit kurang lebih lebar hingga 300 meter.Kepulauan Mentawai adalah pulau sedimen yang berlumpur,bertanah liat campur kapur yang usianya relatif muda.Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan Oktober,sedangkan curah hujan ternedah terjadi pada bulan Februari dan Juni.Yang terletak antara pantai Lau dengan bukit yang ada dibagian selatan dan bagian timur,dataran rendah yang sempit dan sebagian yang masih berawa bentuknya memanjang kearah Barat Daya.Proses pengendapan masih terus berlangsung di sepanjang pantai timur termasuk daerah perairan dalam,proses tersebut ditandai oleh garis pantai yang tidak rata,berteluk,bertanjung dan berpulau kecil serta berpantai karang.Pantai barat relatif lebih luas,berpasir lebar,bergelombang besar,sedikit karang dan tidak umum dilayari.Kepulauan Mentawai secara geografis bedrada di Samudera Hindia sehingga perairan dikepulauan ini mempunyai sistem arus alam karakteristik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia secara geografis.
Pada zaman Pleistocene (zaman es),kira-kira satu juta sampai 10.000 tahun yang lalu,permukaan air laut di Asia Tenggara 200 meter lebih rendah dari yang sekarang,Sumatera menyatu dengan Jawa,Kalimantan dan Benua Asia.Hali ini menyebabkan adanya pertukaran bebasa diantara jenis-jenis binatang,juga ada persamaan umum diantara fauna-fauna dari ketiga pulau besar tersebut.Namun Kepulauan Mentawai tetap terpisah dari daratan Sumatera oleh laut sedalam 1500 meter sekurang-kurangnya sejak masa Pleistocene Tengah (data bathymetric).Satu-satunya kemungkinan hubungan Pleistocene Mentawai ialah melalui Kepulauan Batu disebelah utara.Tetapi andaikan hubungan ini memang ada,keadaan itu sudah sejak lama lenyap.Dengan demikian Kepulauan Mentawai merupakan pulau-pulau asli sejak 500.000 tahun yang lalu,flora dan faunanya terpelihara dari perubahan-perubahan evolusi dinamis seperti pada daerah-daerah bagian sunda kecil lainnya.
Kepulauan Mentawai ditutupi oleh hutan hujan tropis mulai dari hutan primer Dipterocarpaceae,hutan primer campuran,rawa,hutan pantai hingga hutan bakau,setiap pulau memiliki flora masing-masing dan diperkirakan 15 persen dari tumbuhan yang ada adalah endemik.Sementara itu,kira-kira 65 persen dari binantang menyusui hidup di Mentawai,terutama Siberut adalah binatang endemik (didapat hanya dikepulauan ini).Ciri khas Mentawai adalah pantai berpasir putih,pulau-pulau cantik,terumbu karang serta ombak laut yang memukau.Terumbu karang terdapat di sepanjang pantai timur,selatan dan tenggaranya.Selancar air paling populer di Mentawai,dengan ketinggian ombak mencapai 4 meter dan pecahan gelombang 6 kali banyak diminati peselancar-peselancar dunia dari Australia,Jepang,Amerika dan Selandia Baru.

B.     KEBUDAYAAN MASYARAKAT ASLI MENTAWAI
Tidak terdapat petunjuk kapan orang pertama sampai di Kepulauan Mentawai,tetapi dari bahasa yang mereka pergunakan,tingkat kebudayaan dan ciri-ciri fisiknya,nampak bahwa suku Mentawai berasal dari Homo Sapiens yang paling awal datang ke Indonesia.Para anthropolog menggolongkan mereka kedalam rumpun “Proto-Malay” berkebudayaan Neolitik,mendapat pengaruh dari Zaman Perunggu,namun bukan oleh Buddhisme,Hinduisme atau Islam.Pada awalnya penduduk menganut paham Animisme yang percaya bahwa segala sesuatu mulai dari manusia hingga kera,batu hingga cuaca,mempunyai roh yang terpisah dari “raganya” serta bebas berkeliaran seperti yang dikehendakinya.Prinsip kepercayaannya adalah keselarasan penciptaan dengan suatu kekuatan religius dibalik semua hal yang disebut “Kina Ulau” atau “diluar jangkauan”.Seperti kebanyakan kepercayaan kuno,mereka lebih memusatkan pada berbagai manifestasi penciptaan roh atau jiwa.Roh-roh ada dalam hubungan tetap yang selaras satu sama lain,justru kegiatan manusia sering merusak keselarasan itu.Agar kembali seimbang,mereka melakukan berbagai upacara keagamaan yang ada didaerah kepulauan bagian selatan disebut dengan “Puliaijat” atau “Punen”.Selama upacara-upacara berlangsung,penduduk memberikan persembahan kepada roh-roh halus dengan membuat hiasan dan ukiran-ukiran yang indah agar jiwa atau roh tersebut menjadi senang.
Masyarakat asli Mentawai yang hidup dalam budaya tradisi hanya ada di Pulau Siberut pedalaman,yakni didesa Madobah,Ugai dan Matotonan yang masih menggunakan pakaian khas yang disebut Kabid dan tubuh penuh tato. Pakaian laki-laki adalah kabit (cawat). Yang perempuan memakai rok yang terbuat dari daun atau kulit kayu. Sisa dari keratan-keratan pakaian biasanya diambil sebagai hiasan. Gigi sengaja diasah dan diruncing supaya tajam.Seiring dengan perkembangan, sekarang masyarakat Mentawai sudah mengenal pakaian dari kain. Walaupun begitu, biasanya Kerei (dukun) jarang atau tidak pernah memakai pakaian dari kainMakanan pokok orang Mentawai yang tinggal di pulau Pagai adalah keladi, sedangkan di Siberut sagu dan pisang. Umumnya orang Mentawai doyan memakan daging monyet, rusa, babi dan ayam. Pemotongan babi biasanya dilakukan pada waktu pesta (punen) besar, sebagai tanda pertalian hubungan manusia dengan alam roh.




Salah satu seni kebudayaan Mentawai yang sudah diakui dunia adalah tatonya atau yang akrab disebut dalam bahasa Mentawai Titi.Tato dalam pandangan Masyarakat Adat Mentawai (MAM) merupakan salah seni kebudayaan tradisional terkait dengan kepercayaan dan keyakinan (Arat Sabulungan).Meski masyarakat Mentawai sudah menganut agama yang dianggap resmi oleh pemerintah,namun mereka masih melakukan keyakinan ritual tradisional.Selain usia tato Mentawai tertua di dunia,juga kualitasnya pun belum ada yang menandingi di dunia.Sebab,bahan baku yang digunakan untuk membuat tato tersebut dari bahan-bahan alamiah,seperti tempurung kelapa dibakar kemudian dicampur dengan air tebu.Cairan tebu pun berwarna hitam dan kemudian di lukiskan kebagian tubuh dengan menggunakan lidi sebagai alat pembuat pola (motif).Eksistensi tato MAM bisa diduga tertua di dunia itu bila dikaji berdasar awal hujan MAM di Kepulauan Mentawai suadah ada sejak tahun 1500 SM.Hal ini bersamaan berimigrasinya suku bangsa Proto Melayu ke Kawasan Asia Tenggara dari Yunani di wilayah Cina bagian selatan.Selain itu juga didukung oleh data dengan ditemukannya artefak batu (mata kapak batu) di Pulau Siberut tahun 1970 yang jenisnya berdasarkan temuan-temuan sebanding tempat berupa varian Indonesia dari kebudayaan Neolitikum Asia Tenggara.Tato yang dianggap tertua di dunia selama ini adalah Mesir,namun bila dikaji dari tiga hal tersebut maka posisi tato MAM adalah tertua di dunia 300 tahun lebih dulu dibandingkan Mesir.
Masyarakat Mentawai menganut sistem Patrilineal yang disebut dengan Uma, yang mempunyai arti tempat tinggal. Uma didiami oleh beberapa orang yang masih berhubungan satu sama lain dalam hal keturunan, menjadi pusat kehidupan adat, yang memperhitungkan dan mempersatukan.
Meskipun mereka mendirikan rumah lain di tempat yang jauh, namun komunikasi dengan Uma tetap ada, sebab Uma merupakan rumah induk.

Di Mentawai terdapat tiga macam rumah, yaitu:
  1. Uma
    Rumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama serta tempat menyimpan warisan pusaka. Juga menjadi tempat suci untuk persembahan, penyimpanan tengkorak binatang buruan.
    Setiap kampung mempunyai Uma sendiri. Kepala Uma disebut Rimata, perlambang pemimpin kehormatan, orang yang lebih arif mengenai hal-hal yang penting buat Uma, seseorang yang berbakat pemimpin.
    Uma adalah rumah besar yang berfungsi sebagai balai pertemuan semua kerabat dan upacara-upacara bersama bagi semua anggotanya.
  2. Lalep
    Tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Biasanya lalep terletak di dalam Uma.
3.      Rusuk
Suatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung.


Unsur-unsur yang kuat dalam menyatukan kebudayaan dalam setiap rakyat adalah adat. “Arat” dalam bahasa dan kebudayaan Mentawai mencakup berbagai macam hal yang digolongkan pada tradisi.Tradisi nenek moyang mutlak harus diterima tanpa gugatan,karena telah diperjuangkan dari masa ke masa,yang mendarah daging dalam kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun.Oleh sebab itu,Arat menjadi norma bagi kehidupan manusia baik secara pribadi maupun dalam keluarga dan suku.Arat merupakan warisan suci,karena semenjak dahulu ditemukan oleh nenek moyang dan kelestariannya terus dijaga dengan baik.Mentaati Arat berarti merelakan diri dibimbing oleh tradisi yang menjadi ukuran prima dalam setiap moralitas. Arat dijadikan landasan pokok dan norma dalam penentuan segalanya, manusia, binatang, fenomena alam dan rentetan waktu.Arat bagi masyarakat Mentawai adalah keselarasan dengan dunia, pemersatu dengan Uma dan jaminan hidup yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman.
Sistem perkawinan di Mentawai adalah menganut sistem patrilinial atau garis turunan ayah (bapak) dan perkawinan menganut sistem eksogame, yaitu seseorang diharuskan kawin di luar suku keluarganya (keluarga clan). Namun belakangan ini seiring perkembangan, ada beberapa daerah yang mengawini dalam satu suku akan tetapi secara adat tidak bisa dikatakan sistem eleutherogami yaitu tidak mengenal larangan-larangan atau keharusan-keharusan, namun larangan-larangan ini bertalian dengan ikatan keluarga, yakni: Nasab (turunan dekat) dan Musyahara (periparan).Proses perkawinan di Mentawai, terutama di Siberut sangat kuat adat istiadat dan terkesan banyak sanksi. Proses pacaran dan sanksi seseorang pria yang ketahuan mengirim surat kepada kekasihnya, maka laki-laki tersebut mendapatkan sanksi denda yang rata-rata setiap daerah adalah 1 buah parang (untuk peralatan ke ladang) dan atau seekor ayam, sedangkan ketahuan mendatangi rumah perempuan secara diam-diam (niat pacaran) baik pacar gadis maupun janda dan memacari istri orang (zinah) maka akan dapat sanksi denda atau dikenal istilah tulou yang nilainya bervariasi sesuai dengan tempo dan locus delicty. Selain dikenakan denda karena mendatangi rumah pacar/ selingkuhan, bila akibat ketahuan mendatangi rumah perempuan tersebut dalam tempo waktu dekat kehilangan ternak pihak perempuan, maka si laki-laki juga dikenakan sanksi denda /tulou mengganti kehilangan ternak tersebut karena dianggap menodai rumah pihak keluarga si perempuan.Sedangkan proses pelamaran dan sanksi, untuk dimulainya pertunangan kepada pihak keluarga perempuan, pria tidak boleh mendatangi rumah si perempuan akan tetapi pihak orang tualah yang berunding untuk menetapkan jadwal pelamaran untuk memutuskan pertunangan. Selama proses pertunangan, pasangan kekasih (laki-laki dan perempuan) tidak boleh dibolehkan bertemu berduaan baik itu untuk ngobrol maupun mengantar cucian, rantangan/masakan makanan maupun yang lain-lain kecuali ada salah satu pihak keluarga. Dan bila ternyata keduanya terbukti oleh warga melakukan pertemuan berdua walaupun tidak melakukan hubungan di luar kewajaran, maka mendapatkan sanksi sosial yaitu tidak dinikahkan/ dikawinkan secara agama di gereja / mesjid akan tetapi dinikahkan secara agama di rumah mempelai. Hal ini dianggap telah menodai sosial masyarakat dalam lingkungan perkampungan.Setelah dilakukannya akad nikah baik di gereja / mesjid dan atau di rumah bagi yang mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat akibat ketahuan berduaan / pertemuan berdua, maka beberapa waktu kemudian sepersukuan (marga) keluarga perempuan  melakukan rembuk di dalam


internal persukuannya untuk hitung-hitungan ternak masing-masing untuk persiapan mempestakan anak perempuan dan suaminya. Lama waktu setelah perkawinan tidak ditentukan secara pasti akan tetapi menjadi motivasi dan harga diri, lebih cepat lebih baik agar tidak dianggap pihak keluarga perempuan tidak punya apa-apa (ternak). 
Upacara adat dan budaya Mentawai bermacam-macam. Walau berada dalam satu wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, namun upacara adat dan budaya tersebut kadang berbeda-beda antara suku dusun, desa dan kecamatan.Di Mentawai kematian merupakan duka semua masyarakat dalam sebuah kampung.Dalam kepercayaan Mentawai kematian dapat digolongkan menjadi dua yaitu kematian simaeru, yaitu kematian disebabkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan kematian sikatai, yaitu kematian yang disebabkan oleh penyakit yang tidak terduga dan buruk seperti tenggelam di laut, tertimpa kayu, dan dibunuh.Ketika ada orang yang meninggal maka dibunyikan tuddukat dengan irama loiba. Bunyi tuddukat terdengar sampai ke seluruh  wilayah. Loiba merupakan alat komunikasi dan pemberian kabar duka kepada orang lain dan setiap bunyi irama loiba menandakan usia dan jenis kelamin orang yang meninggal. Untuk mengartikan irama tuddukat dibutuhkan keahlian khusus yang didapatkan secara turun temurun.Meskipun sudah mendengar loiba, tapi tidak semua orang bisa melayat. Ibu hamil dan yang memiliki bayi tidak boleh pergi melayat, demikian juga suaminya. Sebab roh orang meninggal (ketcat) bisa mengganggu janin atau bayi. Orang yang memasang jerat binatang, membangun rumah, mengadakan lia, memiliki babi baru di kandang dan pengobatan juga berpantang. Semua orang yang melayat akan memberikan sumbangan berupa tenaga dan waktu untuk mempersiapkan upacara penguburan orang yang meninggal. Semua orang bergotong royong dan tanpa pamrih sampai proses penguburan semua orang ikut berpartisipasi akan megikuti pemberishan sebelum pulang ke rumah masing-masing.Selama meratapi si mati, kepala orang orang yang berkabung dibungkus dengan kain berwarna-warni. Segenap perhiasan yang biasa dipakai, dilepas semuanya. Bentuk kedua tangan dan kaki orang yang mati dipolakan pada sebuah landasan, sebagai tanda kenang-kenangan padanya (kirekat). Para pria menyiapkan peti jenazah yang terbuat dari perahu, mengantar jenazah ke tempat pemakaman. Satu tempat pemakaman biasanya dipakai bersama beberapa uma. Letaknya selalu agak masuk ke darat, di suatu tempat terpencil. Pada waktu pemakaman, roh si mati diberi sesajian yang hanya satu kali saja, beserta sedikit harta selama masih hidupnya di dunia seperti parang, piring, kain-kain dan manik-manik. Ada perbedaan cara penguburan pada masyarakat Mentawai masa dulu, seperti peti mati tidak dikuburkan ke dalam tanah melainkan diikatkan di atas semacam panggung dan dinaungi atap rumbia.
Sehari setelah penguburan akan diadakan ritual pasijakjak mone, yaitu pembuatan kirekat dan gambar simbolis berupa bentuk kaki (dere) akan digambar di


pohon durian  yang sangat baik milik orang yang meninggal atau orangtuanya. Kirekat ini berfungsi untuk mengenang kerabat yang telah meninggal itu. Di sekeliling pohon durian yang menjadi kirekat dipagari serta ditanami tumbuhan seperti surak, boblo, mumunem, pangasele, dan simakkainau. Tanaman di dalam pagar itu tidak boleh dirusak atau dicabut oleh orang lain. Bila ada yang sengaja merusak atau mencabutnya akan terkena tulou. Selain itu ada beberapa yang dilakukan sebagai tanda berkabung seperti pemotongan rambut, pemotongan sampan sebagai simbolis.Untuk mengakhiri masa berkabung dilakukan upacara panunggru.Panunggru sebagai tanda perpisahan selama-lamanya antara roh orang yang meninggal dengan keluarganya.  Panunggru juga menjadi kesempatan berkumpul bagi semua anggota keluarga atau suku yang tidak sempat hadir pada upacara penguburan. Pelaksanaan panunggru tergantung kesiapan dari keluarga. Biasanya antara 1 hingga 3 bulan setelah penguburan. Seluruh kerabat dipanggil menyiapkan keperluan upacara. Babi, ayam, sagu, keladi, bambu, kelapa, kayu bakar dan sebagainya. Persiapan ini memakan waktu seminggu. Panunggru diawali pada malam hari dengan pasibari, yaitu pemanggilan ketcat oleh sikerei. Sikerei meminta pada ketcat agar bersedia meninggalkan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan paneka kagerat di halaman rumah untuk meminta pada roh-roh jahat di sekeliling mereka agar tidak menunggu jalannya upacara, sekaligus meminta roh-roh baik memberikan kekuatan bagi sikerei dalam melaksanakan upacra panunggru.Ada perbedaan upacara panunggru untuk orang yang meninggal tidak wajar, seperti bunuh diri, atau tenggelam. Di lokasi kejadian harus diadakan pasibitbit, agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kalimat-kalimat ritual sikerei dan daun-daun yang digunakan dalam upacara juga berbeda dari biasanya. Biasanya kematian secara tidak wajar dipimpin oleh sikerei-sikerei yang membutuhkan imajinasi atau keterampilan yang tinggi (pintar), sehingga kejadian yang terjadi tidak terulang kembali pada orang lain atau keluarga yang ditinggalkan. Namun bila yang meninggal sikebbukat uma, pada upacara panunggru sekaligus diadakan penyerahan bakat katsaila kepada salah seorang dalam keluarga yang dianggap sanggup menggantikannya. Daun-daun yang digunakan selama  upacara tidak boleh dibuang. Daun-daun sikatai diselipkan di atap rumah sebelah kiri. Sedangkan daun-daun simaeru diletakkan di sebelah kanan.           
C.     PEREKONOMIAN MASYARAKAT MENTAWAI
Perekonomian Suku Asli Mentawai didasari atas sagu dan talas,dengan menangkap ikan,berburu untuk kebutuhan proteinnya.Penghuni Uma berbagi makanan secara bebas antara sesam mereka dan tidak ada dorongan mencari makan secara berlebihan.Sistem pertanian tunggal mereka sederhana,hanya memerlukan hutan kira-kira 0.25 – 0.50 Ha untuk ditebas namun tidak dibakar.Sungguh berbeda dengan kebanyakan sistem pertanian berpindah didaerah tropis lain dimana api merupakan bagian penting dari proses penebasan itu.Sistem ini mengisyaratkan




manusia hidup selaras dengan hutan.Buah-buahan adalah bagian penting dari susunan makanan,khususnya pisang (dimakan baik mentah maupun masak dicampur dengan gula merah) dan durian.Hutan digunakan untuk mengumpulkan buah-buahan hutan,sayur,tumbuhan obat dan bahan-bahan bangunan.Pohon-pohon besar jarang ditebang,kecuali Shorea untuk bahan sampan dengan hanya menggunakan beliung yang agak primitif.Sampan adalah alat angkut utama disetiap sungai.Perburuan menjadi kegiatan utama masyarakat pria Mentawai.Hal tersebut erat sekali hubungannya dengan kepercayaan adat.Semua binatang liar diburu kecuali ular primata.Babi dan rusa paling sering dicari,yang lainnya seperti trenggiling,burung rongkong dan punai jarang diburu.
Usaha peternakan di Kabupaten Kepulauan Mentawai didominasi oleh peternakan rakyat yang dikembangkan secara tradisional.Penduduk pada setiap kecamatan terutama penduduk asli banyak yang beternak babi dan ayam,meskipun beberapa desa sudah banyak yang memelihara sapi,kerbau dan kambing dalam jumlah yang terbatas.Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki kalangan sumber daya alam dan kelestarian yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.Industri kecil kerajinan rakyat mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan terutama dalam bidang agroindustri dan pengolahan ikan kering (ikan asin) namun kegiatan produksi tersebut baru untuk memenuhi konsumsi rumah tangga,belum berorientasi bisnis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar