BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di provinsi Sumatera Barat terdapat
satu suku yang memiliki banyak kekhasan. Suku tersebut adalah suku Mentawai.
Suku Mentawai terdapat di kepulauan Mentawai yang terdiri dari pulau-pulau
yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dalam beberapa pandangan
tentang asal usul masyarakat Mentawai, ada yang mengatakan bahwa masyarakat
Mentawai berada dalam garis orang polisenia. Menurut kepercayaan masyarakat
Siberut, nenek moyang masyarakat Mentawai berasal dari satu suku/uma dari
daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut yang kemudian
menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa uma/suku.Secara
geografis, letak kepulauan Mentawai berhadapan dengan Samudera Hindia. Jarak
kepulauan Mentawai dari Pantai Padang lebih kurang 100 kilometer. Secara
turun temurun, suku Mentawai hidup sederhana di dalam sebuah Uma. Uma merupakan
rumah yang terbuat dari kayu pohon. Arsitektur bangunan rumah Mentawai
berbentuk panggung.Bahasa Mentawai adalah bahasa serumpun Austronesia yang penuturan bahasa tersebut ada di masyarakat
Mentawai, lepas pantai Sumatera Barat. Masyarakat penutur bahasa ini berjumlah
sekitar 64.000 jiwa. Bahasa ini berkerabat dengan bahasa Nias di Kepulauan
Nias, Enggano di pulau Enggano dan Devayan Lekon di pulau Simalur. Bahasa
Metawai juga berkerabat jauh dengan rumpun bahasa Batak.Awal mulanya adalah
para peneliti linguistik mengelompokkan bahasa Mentawai dalam rumpun bahasa
Batak. Hal ini berdasarkan kemiripan bahasa Mentawai dengan Bahasa suku Batak
lain. Saat ini, bahasa Mentawai dikelompokkan ke dalam rumpun Bahasa Pesisir
Pantai Sebelah Barat Sumatera. Klasifikasi bahasa Mentawai adalah Proto
Malayo-Polynesian
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
sejarah yang menyebabkan terbentuknya Kabupaten Kepulauan Mentawai ?
2.
Apa saja
kebudayaan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai ?
3.
Bagaimana
perekonomian yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai ?
C. TUJUAN PENULISAN
Selain digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Multikultural,tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
kebudayaan yang terdapat pada Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Kabupaten
Kepulauan Mentawai merupakan Kabupaten Kepulauan di Propinsi Sumatera Barat
yang terletak dipantai Barat Sumatera.Kabupaten ini merupakan gugusan kepulauan
yang terletak di Samudera Hindia,sehingga sebagian besar wilayahnya terdiri
dari Lautan.Gugusan pulau-pulau yang berjumlah 99 buah,terdiri dari 4 buah
pulau besar (pulau Siberut,pulau Sipora,pulau Pagai utara dan pulau Pagau
selatan) dan 95 pulau kecil yang membentang dai utara ke selatan.Pulau Siberut
merupakan pulau terbesar diantara pulau-pulau lainnya dalam gugusan Kepulauan
Mentawai,ketiga pulau lainnya yang terletak disebelah selatan pulau Siberut.Tua
Pejat dipulau Sipora merupakan Ibukota Kabupaten.Kepulauan Mentawai mempunyai
relief berbukit-bukit,dataran rendah yang ada relatif sempit kurang lebih lebar
hingga 300 meter.Kepulauan Mentawai adalah pulau sedimen yang
berlumpur,bertanah liat campur kapur yang usianya relatif muda.Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan April dan Oktober,sedangkan curah hujan ternedah
terjadi pada bulan Februari dan Juni.Yang terletak antara pantai Lau dengan
bukit yang ada dibagian selatan dan bagian timur,dataran rendah yang sempit dan
sebagian yang masih berawa bentuknya memanjang kearah Barat Daya.Proses
pengendapan masih terus berlangsung di sepanjang pantai timur termasuk daerah
perairan dalam,proses tersebut ditandai oleh garis pantai yang tidak
rata,berteluk,bertanjung dan berpulau kecil serta berpantai karang.Pantai barat
relatif lebih luas,berpasir lebar,bergelombang besar,sedikit karang dan tidak
umum dilayari.Kepulauan Mentawai secara geografis bedrada di Samudera Hindia
sehingga perairan dikepulauan ini mempunyai sistem arus alam karakteristik
massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera
Hindia secara geografis.
Pada
zaman Pleistocene (zaman es),kira-kira satu juta sampai 10.000 tahun yang
lalu,permukaan air laut di Asia Tenggara 200 meter lebih rendah dari yang
sekarang,Sumatera menyatu dengan Jawa,Kalimantan dan Benua Asia.Hali ini
menyebabkan adanya pertukaran bebasa diantara jenis-jenis binatang,juga ada
persamaan umum diantara fauna-fauna dari ketiga pulau besar tersebut.Namun
Kepulauan Mentawai tetap terpisah dari daratan Sumatera oleh laut sedalam 1500
meter sekurang-kurangnya sejak masa Pleistocene Tengah (data
bathymetric).Satu-satunya kemungkinan hubungan Pleistocene Mentawai ialah
melalui Kepulauan Batu disebelah utara.Tetapi andaikan hubungan ini memang
ada,keadaan itu sudah sejak lama lenyap.Dengan demikian Kepulauan Mentawai
merupakan pulau-pulau asli sejak 500.000 tahun yang lalu,flora dan faunanya
terpelihara dari perubahan-perubahan evolusi dinamis seperti pada daerah-daerah
bagian sunda kecil lainnya.
Kepulauan
Mentawai ditutupi oleh hutan hujan tropis mulai dari hutan primer
Dipterocarpaceae,hutan primer campuran,rawa,hutan pantai hingga hutan
bakau,setiap pulau memiliki flora masing-masing dan diperkirakan 15 persen dari
tumbuhan yang ada adalah endemik.Sementara itu,kira-kira 65 persen dari
binantang menyusui hidup di Mentawai,terutama Siberut adalah binatang endemik
(didapat hanya dikepulauan ini).Ciri khas Mentawai adalah pantai berpasir
putih,pulau-pulau cantik,terumbu karang serta ombak laut yang memukau.Terumbu
karang terdapat di sepanjang pantai timur,selatan dan tenggaranya.Selancar air
paling populer di Mentawai,dengan ketinggian ombak mencapai 4 meter dan pecahan
gelombang 6 kali banyak diminati peselancar-peselancar dunia dari
Australia,Jepang,Amerika dan Selandia Baru.
B.
KEBUDAYAAN MASYARAKAT ASLI MENTAWAI
Tidak
terdapat petunjuk kapan orang pertama sampai di Kepulauan Mentawai,tetapi dari
bahasa yang mereka pergunakan,tingkat kebudayaan dan ciri-ciri fisiknya,nampak
bahwa suku Mentawai berasal dari Homo Sapiens yang paling awal datang ke
Indonesia.Para anthropolog menggolongkan mereka kedalam rumpun “Proto-Malay” berkebudayaan
Neolitik,mendapat pengaruh dari Zaman Perunggu,namun bukan oleh
Buddhisme,Hinduisme atau Islam.Pada awalnya penduduk menganut paham Animisme
yang percaya bahwa segala sesuatu mulai dari manusia hingga kera,batu hingga
cuaca,mempunyai roh yang terpisah dari “raganya” serta bebas berkeliaran
seperti yang dikehendakinya.Prinsip kepercayaannya adalah keselarasan
penciptaan dengan suatu kekuatan religius dibalik semua hal yang disebut “Kina
Ulau” atau “diluar jangkauan”.Seperti kebanyakan kepercayaan kuno,mereka lebih
memusatkan pada berbagai manifestasi penciptaan roh atau jiwa.Roh-roh ada dalam
hubungan tetap yang selaras satu sama lain,justru kegiatan manusia sering
merusak keselarasan itu.Agar kembali seimbang,mereka melakukan berbagai upacara
keagamaan yang ada didaerah kepulauan bagian selatan disebut dengan “Puliaijat”
atau “Punen”.Selama upacara-upacara berlangsung,penduduk memberikan persembahan
kepada roh-roh halus dengan membuat hiasan dan ukiran-ukiran yang indah agar
jiwa atau roh tersebut menjadi senang.
Masyarakat
asli Mentawai yang hidup dalam budaya tradisi hanya ada di Pulau Siberut
pedalaman,yakni didesa Madobah,Ugai dan Matotonan yang masih menggunakan
pakaian khas yang disebut Kabid dan tubuh penuh tato. Pakaian laki-laki adalah kabit
(cawat). Yang perempuan memakai rok yang terbuat dari daun atau kulit kayu.
Sisa dari keratan-keratan pakaian biasanya diambil sebagai hiasan. Gigi sengaja
diasah dan diruncing supaya tajam.Seiring dengan perkembangan, sekarang
masyarakat Mentawai sudah mengenal pakaian dari kain. Walaupun begitu, biasanya
Kerei (dukun) jarang atau tidak pernah memakai pakaian dari kainMakanan
pokok orang Mentawai yang tinggal di pulau Pagai adalah keladi, sedangkan di
Siberut sagu dan pisang. Umumnya orang Mentawai doyan memakan daging monyet,
rusa, babi dan ayam. Pemotongan babi biasanya dilakukan pada waktu pesta
(punen) besar, sebagai tanda pertalian hubungan manusia dengan alam roh.
Salah
satu seni kebudayaan Mentawai yang sudah diakui dunia adalah tatonya atau yang
akrab disebut dalam bahasa Mentawai Titi.Tato dalam pandangan Masyarakat Adat
Mentawai (MAM) merupakan salah seni kebudayaan tradisional terkait dengan
kepercayaan dan keyakinan (Arat Sabulungan).Meski masyarakat Mentawai sudah
menganut agama yang dianggap resmi oleh pemerintah,namun mereka masih melakukan
keyakinan ritual tradisional.Selain usia tato Mentawai tertua di dunia,juga
kualitasnya pun belum ada yang menandingi di dunia.Sebab,bahan baku yang digunakan
untuk membuat tato tersebut dari bahan-bahan alamiah,seperti tempurung kelapa
dibakar kemudian dicampur dengan air tebu.Cairan tebu pun berwarna hitam dan
kemudian di lukiskan kebagian tubuh dengan menggunakan lidi sebagai alat
pembuat pola (motif).Eksistensi tato MAM bisa diduga tertua di dunia itu bila
dikaji berdasar awal hujan MAM di Kepulauan Mentawai suadah ada sejak tahun
1500 SM.Hal ini bersamaan berimigrasinya suku bangsa Proto Melayu ke Kawasan
Asia Tenggara dari Yunani di wilayah Cina bagian selatan.Selain itu juga
didukung oleh data dengan ditemukannya artefak batu (mata kapak batu) di Pulau
Siberut tahun 1970 yang jenisnya berdasarkan temuan-temuan sebanding tempat
berupa varian Indonesia dari kebudayaan Neolitikum Asia Tenggara.Tato yang
dianggap tertua di dunia selama ini adalah Mesir,namun bila dikaji dari tiga
hal tersebut maka posisi tato MAM adalah tertua di dunia 300 tahun lebih dulu
dibandingkan Mesir.
Masyarakat
Mentawai menganut sistem Patrilineal yang disebut dengan Uma, yang mempunyai
arti tempat tinggal. Uma didiami oleh beberapa orang yang masih berhubungan
satu sama lain dalam hal keturunan, menjadi pusat kehidupan adat, yang
memperhitungkan dan mempersatukan.
Meskipun mereka mendirikan rumah lain di tempat yang jauh, namun komunikasi dengan Uma tetap ada, sebab Uma merupakan rumah induk.
Meskipun mereka mendirikan rumah lain di tempat yang jauh, namun komunikasi dengan Uma tetap ada, sebab Uma merupakan rumah induk.
Di Mentawai terdapat tiga macam
rumah, yaitu:
- Uma
Rumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama serta tempat menyimpan warisan pusaka. Juga menjadi tempat suci untuk persembahan, penyimpanan tengkorak binatang buruan.
Setiap kampung mempunyai Uma sendiri. Kepala Uma disebut Rimata, perlambang pemimpin kehormatan, orang yang lebih arif mengenai hal-hal yang penting buat Uma, seseorang yang berbakat pemimpin.
Uma adalah rumah besar yang berfungsi sebagai balai pertemuan semua kerabat dan upacara-upacara bersama bagi semua anggotanya. - Lalep
Tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Biasanya lalep terletak di dalam Uma.
3.
Rusuk
Suatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung.
Suatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung.
|
Unsur-unsur yang kuat dalam menyatukan kebudayaan dalam
setiap rakyat adalah adat. “Arat” dalam bahasa dan kebudayaan Mentawai mencakup
berbagai macam hal yang digolongkan pada tradisi.Tradisi nenek moyang mutlak
harus diterima tanpa gugatan,karena telah diperjuangkan dari masa ke masa,yang
mendarah daging dalam kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun.Oleh sebab
itu,Arat menjadi norma bagi kehidupan manusia baik secara pribadi maupun dalam
keluarga dan suku.Arat merupakan warisan suci,karena semenjak dahulu ditemukan
oleh nenek moyang dan kelestariannya terus dijaga dengan baik.Mentaati Arat
berarti merelakan diri dibimbing oleh tradisi yang menjadi ukuran prima dalam
setiap moralitas. Arat dijadikan landasan pokok dan norma dalam penentuan
segalanya, manusia, binatang, fenomena alam dan rentetan waktu.Arat bagi
masyarakat Mentawai adalah keselarasan dengan dunia, pemersatu dengan Uma dan
jaminan hidup yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman.
Sistem
perkawinan di Mentawai adalah menganut sistem patrilinial atau garis turunan
ayah (bapak) dan perkawinan menganut sistem eksogame, yaitu seseorang
diharuskan kawin di luar suku keluarganya (keluarga clan). Namun belakangan ini
seiring perkembangan, ada beberapa daerah yang mengawini dalam satu suku akan
tetapi secara adat tidak bisa dikatakan sistem eleutherogami yaitu tidak
mengenal larangan-larangan atau keharusan-keharusan, namun larangan-larangan
ini bertalian dengan ikatan keluarga, yakni: Nasab (turunan dekat) dan
Musyahara (periparan).Proses perkawinan di Mentawai, terutama di Siberut sangat
kuat adat istiadat dan terkesan banyak sanksi. Proses pacaran dan sanksi
seseorang pria yang ketahuan mengirim surat kepada kekasihnya, maka laki-laki
tersebut mendapatkan sanksi denda yang rata-rata setiap daerah adalah 1 buah
parang (untuk peralatan ke ladang) dan atau seekor ayam, sedangkan ketahuan
mendatangi rumah perempuan secara diam-diam (niat pacaran) baik pacar gadis
maupun janda dan memacari istri orang (zinah) maka akan dapat sanksi denda atau
dikenal istilah tulou yang nilainya bervariasi sesuai dengan tempo dan
locus delicty. Selain dikenakan denda karena mendatangi rumah pacar/
selingkuhan, bila akibat ketahuan mendatangi rumah perempuan tersebut dalam
tempo waktu dekat kehilangan ternak pihak perempuan, maka si laki-laki juga
dikenakan sanksi denda /tulou mengganti kehilangan ternak tersebut
karena dianggap menodai rumah pihak keluarga si perempuan.Sedangkan proses
pelamaran dan sanksi, untuk dimulainya pertunangan kepada pihak keluarga
perempuan, pria tidak boleh mendatangi rumah si perempuan akan tetapi pihak
orang tualah yang berunding untuk menetapkan jadwal pelamaran untuk memutuskan
pertunangan. Selama proses pertunangan, pasangan kekasih (laki-laki dan
perempuan) tidak boleh dibolehkan bertemu berduaan baik itu untuk ngobrol
maupun mengantar cucian, rantangan/masakan makanan maupun yang lain-lain
kecuali ada salah satu pihak keluarga. Dan bila ternyata keduanya terbukti oleh
warga melakukan pertemuan berdua walaupun tidak melakukan hubungan di luar
kewajaran, maka mendapatkan sanksi sosial yaitu tidak dinikahkan/ dikawinkan
secara agama di gereja / mesjid akan tetapi dinikahkan secara agama di rumah
mempelai. Hal ini dianggap telah menodai sosial masyarakat dalam lingkungan
perkampungan.Setelah dilakukannya akad nikah baik di gereja / mesjid dan atau
di rumah bagi yang mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat akibat ketahuan
berduaan / pertemuan berdua, maka beberapa waktu kemudian sepersukuan (marga)
keluarga perempuan melakukan rembuk di dalam
internal
persukuannya untuk hitung-hitungan ternak masing-masing untuk persiapan
mempestakan anak perempuan dan suaminya. Lama waktu setelah perkawinan tidak
ditentukan secara pasti akan tetapi menjadi motivasi dan harga diri, lebih
cepat lebih baik agar tidak dianggap pihak keluarga perempuan tidak punya
apa-apa (ternak).
Upacara
adat dan budaya Mentawai bermacam-macam. Walau berada dalam satu wilayah
Kabupaten Kepulauan Mentawai, namun upacara adat dan budaya tersebut kadang
berbeda-beda antara suku dusun, desa dan kecamatan.Di Mentawai kematian
merupakan duka semua masyarakat dalam sebuah kampung.Dalam kepercayaan Mentawai
kematian dapat digolongkan menjadi dua yaitu kematian simaeru, yaitu
kematian disebabkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan kematian sikatai,
yaitu kematian yang disebabkan oleh penyakit yang tidak terduga dan buruk
seperti tenggelam di laut, tertimpa kayu, dan dibunuh.Ketika ada orang yang
meninggal maka dibunyikan tuddukat dengan irama loiba. Bunyi tuddukat
terdengar sampai ke seluruh wilayah. Loiba merupakan alat
komunikasi dan pemberian kabar duka kepada orang lain dan setiap bunyi irama loiba
menandakan usia dan jenis kelamin orang yang meninggal. Untuk mengartikan irama
tuddukat dibutuhkan keahlian khusus yang didapatkan secara turun
temurun.Meskipun sudah mendengar loiba, tapi tidak semua orang bisa
melayat. Ibu hamil dan yang memiliki bayi tidak boleh pergi melayat, demikian
juga suaminya. Sebab roh orang meninggal (ketcat) bisa mengganggu
janin atau bayi. Orang yang memasang jerat binatang, membangun rumah,
mengadakan lia, memiliki babi baru di kandang dan pengobatan juga
berpantang. Semua orang yang melayat akan memberikan sumbangan berupa tenaga
dan waktu untuk mempersiapkan upacara penguburan orang yang meninggal. Semua
orang bergotong royong dan tanpa pamrih sampai proses penguburan semua orang
ikut berpartisipasi akan megikuti pemberishan sebelum pulang ke rumah
masing-masing.Selama meratapi si mati, kepala orang orang yang berkabung
dibungkus dengan kain berwarna-warni. Segenap perhiasan yang biasa dipakai,
dilepas semuanya. Bentuk kedua tangan dan kaki orang yang mati dipolakan pada
sebuah landasan, sebagai tanda kenang-kenangan padanya (kirekat). Para
pria menyiapkan peti jenazah yang terbuat dari perahu, mengantar jenazah ke
tempat pemakaman. Satu tempat pemakaman biasanya dipakai bersama beberapa uma.
Letaknya selalu agak masuk ke darat, di suatu tempat terpencil. Pada waktu
pemakaman, roh si mati diberi sesajian yang hanya satu kali saja, beserta
sedikit harta selama masih hidupnya di dunia seperti parang, piring, kain-kain
dan manik-manik. Ada perbedaan cara penguburan pada masyarakat Mentawai masa
dulu, seperti peti mati tidak dikuburkan ke dalam tanah melainkan diikatkan di
atas semacam panggung dan dinaungi atap rumbia.
Sehari
setelah penguburan akan diadakan ritual pasijakjak mone, yaitu
pembuatan kirekat dan gambar simbolis berupa bentuk kaki (dere)
akan digambar di
pohon
durian yang sangat baik milik orang yang meninggal atau orangtuanya. Kirekat
ini berfungsi untuk mengenang kerabat yang telah meninggal itu. Di sekeliling
pohon durian yang menjadi kirekat dipagari serta ditanami tumbuhan
seperti surak, boblo, mumunem, pangasele, dan simakkainau.
Tanaman di dalam pagar itu tidak boleh dirusak atau dicabut oleh orang lain.
Bila ada yang sengaja merusak atau mencabutnya akan terkena tulou.
Selain itu ada beberapa yang dilakukan sebagai tanda berkabung seperti
pemotongan rambut, pemotongan sampan sebagai simbolis.Untuk mengakhiri masa
berkabung dilakukan upacara panunggru.Panunggru sebagai tanda
perpisahan selama-lamanya antara roh orang yang meninggal dengan
keluarganya. Panunggru juga menjadi kesempatan berkumpul bagi
semua anggota keluarga atau suku yang tidak sempat hadir pada upacara
penguburan. Pelaksanaan panunggru tergantung kesiapan dari keluarga.
Biasanya antara 1 hingga 3 bulan setelah penguburan. Seluruh kerabat dipanggil
menyiapkan keperluan upacara. Babi, ayam, sagu, keladi, bambu, kelapa, kayu
bakar dan sebagainya. Persiapan ini memakan waktu seminggu. Panunggru
diawali pada malam hari dengan pasibari, yaitu pemanggilan ketcat
oleh sikerei. Sikerei meminta pada ketcat agar
bersedia meninggalkan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan paneka kagerat
di halaman rumah untuk meminta pada roh-roh jahat di sekeliling mereka agar
tidak menunggu jalannya upacara, sekaligus meminta roh-roh baik memberikan
kekuatan bagi sikerei dalam melaksanakan upacra panunggru.Ada
perbedaan upacara panunggru untuk orang yang meninggal tidak wajar,
seperti bunuh diri, atau tenggelam. Di lokasi kejadian harus diadakan pasibitbit,
agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kalimat-kalimat ritual sikerei
dan daun-daun yang digunakan dalam upacara juga berbeda dari biasanya. Biasanya
kematian secara tidak wajar dipimpin oleh sikerei-sikerei yang
membutuhkan imajinasi atau keterampilan yang tinggi (pintar), sehingga kejadian
yang terjadi tidak terulang kembali pada orang lain atau keluarga yang
ditinggalkan. Namun bila yang meninggal sikebbukat uma, pada upacara panunggru
sekaligus diadakan penyerahan bakat katsaila kepada salah seorang
dalam keluarga yang dianggap sanggup menggantikannya. Daun-daun yang digunakan
selama upacara tidak boleh dibuang. Daun-daun sikatai diselipkan
di atap rumah sebelah kiri. Sedangkan daun-daun simaeru diletakkan di
sebelah kanan.
C.
PEREKONOMIAN MASYARAKAT MENTAWAI
Perekonomian
Suku Asli Mentawai didasari atas sagu dan talas,dengan menangkap ikan,berburu
untuk kebutuhan proteinnya.Penghuni Uma berbagi makanan secara bebas antara
sesam mereka dan tidak ada dorongan mencari makan secara berlebihan.Sistem
pertanian tunggal mereka sederhana,hanya memerlukan hutan kira-kira 0.25 – 0.50
Ha untuk ditebas namun tidak dibakar.Sungguh berbeda dengan kebanyakan sistem
pertanian berpindah didaerah tropis lain dimana api merupakan bagian penting
dari proses penebasan itu.Sistem ini mengisyaratkan
manusia
hidup selaras dengan hutan.Buah-buahan adalah bagian penting dari susunan
makanan,khususnya pisang (dimakan baik mentah maupun masak dicampur dengan gula
merah) dan durian.Hutan digunakan untuk mengumpulkan buah-buahan hutan,sayur,tumbuhan
obat dan bahan-bahan bangunan.Pohon-pohon besar jarang ditebang,kecuali Shorea
untuk bahan sampan dengan hanya menggunakan beliung yang agak primitif.Sampan
adalah alat angkut utama disetiap sungai.Perburuan menjadi kegiatan utama masyarakat
pria Mentawai.Hal tersebut erat sekali hubungannya dengan kepercayaan
adat.Semua binatang liar diburu kecuali ular primata.Babi dan rusa paling
sering dicari,yang lainnya seperti trenggiling,burung rongkong dan punai jarang
diburu.
Usaha
peternakan di Kabupaten Kepulauan Mentawai didominasi oleh peternakan rakyat
yang dikembangkan secara tradisional.Penduduk pada setiap kecamatan terutama
penduduk asli banyak yang beternak babi dan ayam,meskipun beberapa desa sudah
banyak yang memelihara sapi,kerbau dan kambing dalam jumlah yang
terbatas.Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki kalangan sumber daya alam dan
kelestarian yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.Industri kecil
kerajinan rakyat mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan terutama dalam
bidang agroindustri dan pengolahan ikan kering (ikan asin) namun kegiatan
produksi tersebut baru untuk memenuhi konsumsi rumah tangga,belum berorientasi
bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar